Kamis, 17 Januari 2013

Historiografi Masyarakat Indoneia




BAB 2
SURVAI GEOGRAFIS
Tanah
          Istilah  Indonesia sudah diperkenalkan oleh beberapa sarjana pada abad ke-19. Pada abad ke-20 paea ilmuwan mulai menggunakan istilah ini sedikit banyak secara sistematis dan gerakan nasionalis juga memakai istilah ini sebagai slogan. Pada akhir pendudukan Jepang, akibat Revolusi yang mendorong lahirnya Republik Indonesia, nana ini tiba-tiba menjadi pokok berita. Pada saat itu seluruh teritorial meerupakan bagian dari Republik Indonesia yang baru, dengan pengecualian adalah bagian barat Irian yang masih menjadi bahan pertentangan antara Belanda dengan Indonesia.

Pulau-pulau
          Bagian barat pulau ini di tempati oleh pulau Sumatra dengan sejumlah pulau kecil di sekelilingnya. Dengan iklim tropis memebuat Sumatra sangat basah. Tidak ada perbedaan yang tajam antara musim hujan dan musim kemarau, sebagaimana yang terjadi di pulau-pulau dibagian selatan kepulauan ini. Beberapa pulau kec il dilepas pantai timur Sumatra mempunyai daya tarik tersendiri. Pulau sumatra juga dapat dikatakan sebagai pulau penting namun pulau terpenting masih di pegang oleh Jawa , yang bersama pulau kecil didekatnya yaitu Madura , di mana diperlakukan oleh pemerintah Belanda sebagai fokus pemerintahan dimana pulau-pulau lain dikepulauan ini di masukan bersama sebagai Luar Jawa. Sedangkan Pulau Bali yang krcil dan padat penduduk menunjukan pemandangan sawah yang agak mirip dengan Jawa. Laut Flores terletak diantara sunda kecil dengan pulau besar dibagian timur yaitu pulau Sulawesi yang terpisah dari Kalimantan oleh selat Malaka yang lebar. Pulau ini juga memiliki wilayah yang menunjukan adanya tanda-tanda campur tangan manusia, yang sangat serius, khususnya di tanah Toraja di Sulawesi Tengah, sebagai akibat dari praktik pertanian berpindahan yang tidak tepat.
Penduduk
Pada tahun 1930 hasil sensus secara umum  menunjukkan di Pulau utama yaitu Jawa dan Madura  terdapat lebih dari 40 juta penduduk, sementara yang tersebar di pulau-pulau lain sekitar 20 juta penduduk. Akan tetapi jika dilihat dari kenyataan yang ada maka angka jumlah penduduk di Jawa dan Madura lebih reliable dibandingkan dengan jumlah penduduk di luar pulau Jawa mengingat di luar pulau Jawa tersebut mempunyai luas wilayah yang sangat luas. Terkait dengan sensus penduduk tersebut, terdapat beberapa pengetahuan yang pasti mengenai penduduk. Biro Pusat Statistik di Jakarta pernah menerbitkan jumlah penduduk berupa catatan mengenai kematian dan kelahiran dinilai sama sekali tidak reliabel. Hal tersebut dikarenakan adanya ketidak sesuaian antara pencatatan kelahiran dengan angka-angka yang dicatat secara tradisional yang mempunyai selisih angka sekitar 50%. Selama masa pendudukan Jepang juga dilakukan sensus yang menghasilkan data yang cukup reliable. Hanya saja tinggal beberapa data yang bisa dikumpulkan, karena banyak yang hilang.
Selama masa revolusi, tepatnya ketika berlangsungnya aksi militer Belanda sangat sedikit pengetahuan mengenai kecenderungan penduduk di Jawa. Setelah penyerahan kekuasaan secara resmi pada tahun 1949, kecenderungan yang mengarah pada kenaikan penduduk yang tetap, peningkatan dengan cepat berulang kembali. perbaikan metode pencatatan kelahiran dan kematian ke sebagian wilayah Jawa menunjukkan peningkatan yang lebih cepat dibandingkan masa sebelum perang. Hal itu disebabkan karena kelahiran masih pada tingkat yang sama, yaitu empat puluh per seribu atau lebi, sementara angka kematian rata-rata tampak menurun menjadi dua puluh per seribu atau bahkan lebih rendah lagi. Menurunnya angka kesehatan itu merupakan salah satu dampak dari perbaikan layanan kesehatan dan semakin besarnya kesadaran akan kesehatan di kalangan penduduk.
Sementara itu peningkatan alamiah di luar Jawa tampaknya lebih rendah jika dibandingkan dengan apa yang terjadi di Jawa. Hal itu disebabkan karena meskipun di luar Jawa perbaikan ekonomi lebih mudah terjadi, tetapi di daerah Jawa pelayanan kesehatan lebih memungkinkan daripada pelayanan kesehatan yang ada di daerah luar Jawa. Komunikasi yang relative kurang baik merupakan salah satu faktor kenapa perbaikan dan pelayanan kesehatan yang ada di luar Jawa tidak berkembang dengan baik.
Sejak pemindahan kekuasaan, pembagian penduduk yang sudah ada sebelumnya seperti dengan pembagian yang menjadi Penduduk Pribumi, Timur Asing dan Eropa sudah banyak yang berkurang. Timur Asing yang dilahirkan di Indonesia, pada waktu yang sama secara otomatis memperoleh kewarganegaraan Indonesia serta kehilangan status yang ditetapkan Belanda sepanjang mereka belum menanggalkan kewarganegaraannya secara nyata. Mereka yang masuk ke dalam kategori pertama, yaitu orang Cina dan Arab dipermasalahkan dengan orang Indonesia. Akan tetapi sepanjang berkaitan dengan orang Cina permasalahan kewarganegaraan ganda (Indonesia dan Cina) belum terselesaikan secara definitif. Meskipun sebagian besar orang Cina yang dilahirkan di Indonesia lebih memilih mempertahankan kewarganegaraan Indonesianya dan meninggalkan kewarganegaraan Cina, tetapi untuk jangka waktu yang panjang mereka tetap dianggap sebagai kelompok yang terpisah secara sosial. Bahkan posisi legal mereka dalam berbagai hal masih berbeda dari warga Indonesia pribumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar