BAB
2
SURVAI
GEOGRAFIS
Tanah
Istilah Indonesia sudah diperkenalkan oleh beberapa
sarjana pada abad ke-19. Pada abad ke-20 paea ilmuwan mulai menggunakan istilah
ini sedikit banyak secara sistematis dan gerakan nasionalis juga memakai
istilah ini sebagai slogan. Pada akhir pendudukan Jepang, akibat Revolusi yang
mendorong lahirnya Republik Indonesia, nana ini tiba-tiba menjadi pokok berita.
Pada saat itu seluruh teritorial meerupakan bagian dari Republik Indonesia yang
baru, dengan pengecualian adalah bagian barat Irian yang masih menjadi bahan
pertentangan antara Belanda dengan Indonesia.
Pulau-pulau
Bagian barat
pulau ini di tempati oleh pulau Sumatra dengan sejumlah pulau kecil di
sekelilingnya. Dengan iklim tropis memebuat Sumatra sangat basah. Tidak ada
perbedaan yang tajam antara musim hujan dan musim kemarau, sebagaimana yang
terjadi di pulau-pulau dibagian selatan kepulauan ini. Beberapa pulau kec il
dilepas pantai timur Sumatra mempunyai daya tarik tersendiri. Pulau sumatra
juga dapat dikatakan sebagai pulau penting namun pulau terpenting masih di
pegang oleh Jawa , yang bersama pulau kecil didekatnya yaitu Madura , di mana
diperlakukan oleh pemerintah Belanda sebagai fokus pemerintahan dimana
pulau-pulau lain dikepulauan ini di masukan bersama sebagai Luar Jawa.
Sedangkan Pulau Bali yang krcil dan padat penduduk menunjukan pemandangan sawah
yang agak mirip dengan Jawa. Laut Flores terletak diantara sunda kecil dengan
pulau besar dibagian timur yaitu pulau Sulawesi yang terpisah dari Kalimantan
oleh selat Malaka yang lebar. Pulau ini juga memiliki wilayah yang menunjukan
adanya tanda-tanda campur tangan manusia, yang sangat serius, khususnya di
tanah Toraja di Sulawesi Tengah, sebagai akibat dari praktik pertanian
berpindahan yang tidak tepat.
Penduduk
Pada
tahun 1930 hasil sensus secara umum
menunjukkan di Pulau utama yaitu Jawa dan Madura terdapat lebih dari 40 juta penduduk,
sementara yang tersebar di pulau-pulau lain sekitar 20 juta penduduk. Akan
tetapi jika dilihat dari kenyataan yang ada maka angka jumlah penduduk di Jawa
dan Madura lebih reliable dibandingkan dengan jumlah penduduk di luar pulau
Jawa mengingat di luar pulau Jawa tersebut mempunyai luas wilayah yang sangat
luas. Terkait dengan sensus penduduk tersebut, terdapat beberapa pengetahuan
yang pasti mengenai penduduk. Biro Pusat Statistik di Jakarta pernah
menerbitkan jumlah penduduk berupa catatan mengenai kematian dan kelahiran
dinilai sama sekali tidak reliabel. Hal tersebut dikarenakan adanya ketidak
sesuaian antara pencatatan kelahiran dengan angka-angka yang dicatat secara
tradisional yang mempunyai selisih angka sekitar 50%. Selama masa pendudukan
Jepang juga dilakukan sensus yang menghasilkan data yang cukup reliable. Hanya
saja tinggal beberapa data yang bisa dikumpulkan, karena banyak yang hilang.
Selama
masa revolusi, tepatnya ketika berlangsungnya aksi militer Belanda sangat
sedikit pengetahuan mengenai kecenderungan penduduk di Jawa. Setelah penyerahan
kekuasaan secara resmi pada tahun 1949, kecenderungan yang mengarah pada
kenaikan penduduk yang tetap, peningkatan dengan cepat berulang kembali.
perbaikan metode pencatatan kelahiran dan kematian ke sebagian wilayah Jawa
menunjukkan peningkatan yang lebih cepat dibandingkan masa sebelum perang. Hal
itu disebabkan karena kelahiran masih pada tingkat yang sama, yaitu empat puluh
per seribu atau lebi, sementara angka kematian rata-rata tampak menurun menjadi
dua puluh per seribu atau bahkan lebih rendah lagi. Menurunnya angka kesehatan
itu merupakan salah satu dampak dari perbaikan layanan kesehatan dan semakin besarnya
kesadaran akan kesehatan di kalangan penduduk.
Sementara
itu peningkatan alamiah di luar Jawa tampaknya lebih rendah jika dibandingkan
dengan apa yang terjadi di Jawa. Hal itu disebabkan karena meskipun di luar
Jawa perbaikan ekonomi lebih mudah terjadi, tetapi di daerah Jawa pelayanan
kesehatan lebih memungkinkan daripada pelayanan kesehatan yang ada di daerah
luar Jawa. Komunikasi yang relative kurang baik merupakan salah satu faktor
kenapa perbaikan dan pelayanan kesehatan yang ada di luar Jawa tidak berkembang
dengan baik.
Sejak
pemindahan kekuasaan, pembagian penduduk yang sudah ada sebelumnya seperti
dengan pembagian yang menjadi Penduduk Pribumi, Timur Asing dan Eropa sudah
banyak yang berkurang. Timur Asing yang dilahirkan di Indonesia, pada waktu
yang sama secara otomatis memperoleh kewarganegaraan Indonesia serta kehilangan
status yang ditetapkan Belanda sepanjang mereka belum menanggalkan
kewarganegaraannya secara nyata. Mereka yang masuk ke dalam kategori pertama,
yaitu orang Cina dan Arab dipermasalahkan dengan orang Indonesia. Akan tetapi
sepanjang berkaitan dengan orang Cina permasalahan kewarganegaraan ganda
(Indonesia dan Cina) belum terselesaikan secara definitif. Meskipun sebagian
besar orang Cina yang dilahirkan di Indonesia lebih memilih mempertahankan
kewarganegaraan Indonesianya dan meninggalkan kewarganegaraan Cina, tetapi
untuk jangka waktu yang panjang mereka tetap dianggap sebagai kelompok yang
terpisah secara sosial. Bahkan posisi legal mereka dalam berbagai hal masih
berbeda dari warga Indonesia pribumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar