Rabu, 27 Februari 2013

Kontrol Sipil kepada Tentara pada saat awal Kemerdekaan


PERAN DAN KEDUDUKAN SIPIL TERHADAP TENTARA
1.      Peran Militer dalam Peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945
Proklamasi, ternyata didahului oleh perdebatan hebat antara golongan pemuda dengan golongan tua.[1] (Karena itu, untuk memproklamasikan kemerdekaan, diperlukan suatu revolusi yang terorganisir. Soekarno dan Hatta, dua tokoh golongan tua, bermaksud membicarakan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ). Dengan cara itu, pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan tidak menyimpang dari ketentuan pemerintah Jepang. Sikap inilah yang tidak disetujui oleh golongan pemuda. Mereka menganggap, bahwa PPKI adalah badan buatan Jepang. Sebaliknya, golongan pemuda menghendaki terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan itu, dengan kekuatan sendiri. Lepas sama sekali dari campur tangan pemerintah Jepang. Perbedaan pendapat ini, mengakibatkan penekanan-penekanan golongan pemuda kepada golongan tua yang mendorong mereka melakukan “aksi penculikan” terhadap diri Soekarno-Hatta[2].
            Peran militer disini sangat terlihat bukan hanya menjelang hari proklamasi, namun juga pada saat detik-detik dibacakan proklamasi oleh Soekarno. Karena penculikan Soekarno-Hatta yang dikenal dengan peristiwa Rengadengklok dapat berjalan lancar karena mendapat dukungan perlengkapan Tentara Peta dari Cudanco Latief Hendraningrat yang pada saat itu menggantikan Daidanco Kasman Singodimejo yang sedang bertugas ke Bandung. Tokoh proklamator itu di ungsikan ke luar kota degan alasan situasi di kota sangat genting sehingga keamanan Soekarno-Hatta dikhawatirkan.[3]            Pada awalnya pembacaan teks proklamasi akan bertempat di lapangan ikada, namun kemudian presiden Soekarno mengusulkan agar upacara proklamasi dilaksanakan dirumahnya di pegangsaan timur nomor 56.[4]
            Pagi hari tanggal 17 Agustus 1945, rumah Ir. Soekarno telah dipadati oleh pemuda yang telah berbaris dengan rapi. Untuk menjaga keamanan upacara proklamasi, dr. Muwardi (kepala keamanan Ir. Soekarno) meminta kepada Cidanco Latief Hendraningrat untuk menugaskan anak buahnya berjaga-jaga disekitar rumah Ir. Soekarno. Kondisi politik dan keamanan yang belum stabil mengingat pada waktu itu pihak Jepang masih berada di Indonesia membuat keamanan dan keselamatan Ir.Soekarno harus benar-benar terjaga. Untuk itulah pasukan PETA dikerahkan untuk mengamankan proses berlangsungnya proklamasi.
2.      Pelucutan Senjata Jepang oleh Militer Indonesia
Setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada tangal 14 Agustus 1945, sekutu menugaskan Jepang untuk mempertahankan keadaan seperti adanya (status quo) sampai dengan kedatangan pasukan sekutu ke Indonesia. Di lain pihak Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya dan sedang sibuk melakukan upaya perebutan kedaulatan dari tangan Jepang. Selain itu rakyat juga berusaha untuk memperoleh senjata dari tangan Jepang. Karena pihak Jepang tidak mau menyerahkan senjatanya, maka terjadilah pertempuran dahsyat diberbagai daerah. Proses perebutan kekuasaan ini berlangsung dari bulan Agustus sampai bulan Oktober. [5]
Semula rakyat Indonesia menyambut dengan senang hati kedatangan Sekutu, karena mereka mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa Netherlands Indies Civil Administration (NICA) di bawah pimpinan Van der Plass dan Van Mook ikut di dalamnya,sikap rakyat Indonesia menjadi curiga dan bermusuhan. NICA adalah organisasi yang didirikan orang-orang Belanda yang melarikan diri ke Australia setelah Belanda menyerah pada Jepang. Organisasi ini semula didirikan dan berpusat di Australia.
Keadaan bertambah buruk karena NICA mempersenjatai kembali KNIL setelah dilepas Oleh Sekutu dari tawanan Jepang. Adanya keinginan Belanda berkuasa di Indonesia menimbulkan pertentangan, bahkan diman-mana terjadi pertempuran melawan NICA dan Sekutu. Tugas yang diemban oleh Sekutu yang dalam hal ini dilakukan oleh Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) ternyata memiliki agenda yang terselubung. Kedatangan pasukan Sekutu justru diboncengi oleh NICA yang tidak lain adalah orang-orang Belanda yang ketika Jepang datang melarikan diri ke Australia dan membentuk kekuatan di sana. Mereka memiliki keinginan untuk menghidupkan kembali Hindia Belanda. Dengan demikian sikap Indonesia yang semula menerima kedatangan Sekutu menjadi penuh kecurigaan dan kemudian berkembang menjadi permusuhan.
Di beberapa daerah kedatangan sekutu ini memperoleh reaksi yang keras dari para militer dalam usaha mempertahnkan kemerdekaan bangsa Indonesi. Di ambarawa Pertempuran ini berlangsung tanggal 20 November sampai dengan 15 Desember 1945 antara TKR dan pasukan Inggris. Peristiwa itu berawal dari kedatangan tentara sekutu di Semarang tanggal 20 Oktober 1945. Tujuan semula pasukan itu adalah mengurus tawanan perang. Akan tetapi, ternyata mereka diboncengi oleh NICA yang kemudian mempersenjatai para tawanan.
Di Ambarawa tanggal 20 Oktober 1945 pecahlah pertempuran antara TKR yang dipimpin Mayor Sumarto dengan tentara Serikat. Dalam pertempuran itu gugur Letkol Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Dengan gugurnya Kolonel Isdiman, komando pasukan diambil alih oleh Letnan Kolonel Sudirman yang saat itu menjabat sebagi panglima divisi Banyumas. Pasukan Serikat menggunakan para tawanan Jepang yang telah dipersenjatai untuk ikut bertempur. Mereka juga mengerahkan tank dan senjata berat lainnya.
Pada tanggal 12 Desember 1945, pasukan Indonesia melancarkan serangan serentak. Setelah bertempur selama empat hari, akhirnya pasukan Indonesia berhasil mengusir tentara Serikat dari Ambarawa dan memukul mundur mereka sampai Semarang. Melalui pertempuran ini nama Sudirman mula terangkat. Ketika terjadi pemilihan pimpinan tentara di Yogyakarta, Sudirman dapat mengalahkan Urip Somoharjo
Mr. Teuku M. Hassan yang telah diangkat menjadi gubernur mulai membenahi daerahnya. Tugas pertama yang dilakukan Gubernur Sumatera ini adalah menegakkan kedaulatan dan membentuk Komite Nasional Indonesia untuk wilayah Sumatera. Oleh karena itu, mulai dilakukan pembersihan terhadap tentara Jepang dengan melucuti senjata dan menduduki gedung-gedung pemerintah. Pada tanggal 9 Oktober 1945, di Medan mendarat pasukan Serikat yang diboncengi oleh NICA. Para Pemuda Indonesia dan Barisan Pemuda segera membentuk TKR di Medan. [6]
Pertempuran pertama pecah tanggal 13 Oktober 1945 ketika lencana merah putih diinjak-injak oleh tamu di sebuah hotel. Para pemuda kemudian menyerbu hotel tersebut sehingga mengakibatkan 96 korban luka-luka. Para korban ternyata sebagian orang-orang NICA. Bentrokan antar Serikat dan rakyat menjalar ke seluruh kota Medan. Peristiwa kepahlawanan ini kemudia menjalar ke berbagai kota lain.
Sementara itu pada tanggal 10 Oktober 1945, dibentuk TKR Sumatera Timur yang dipimpin oleh Achmad Tahir. Selain TKR juga terbentuk badan-badan perjuangan lain di Sumatra Timur[7]. Inggris memulai aksinya dengan memberikan ultimatum kepada rakyat Indonesia agar menyerahkan senjatanya kepada sekutu pada tanggal 18 Oktober 1945. NICA yang merasa memperoleh dukungan bersama dengan pasukn sekutu melakukan teror sehingga timbullah rasa permusuhan bagi rakyat Indonesia.
NICA juga berusaha menghancurkan konsentrasi TKR di Trepes, tetapi berhasil digagalkan. Di Tebit tinggi juga diadakan suatu pertemuan antara komandan pasukan yang berjuang di Medan Area. Pertemuan ini akhirnya membentuk Komando Resimen Lakar Rakyat Medan area guna meneruskan perjuangan di Medan Area. 
3.      Pembentukan BKR
Sejak awal kemerdekaan Indonesia TNI/militer merasa punya andil yang sangat besar terhadap kemerdekaan Indonesia. Jasa yang besar yang diberikan itu sehingga TNI merasa berhak untuk ikut terlibat dalam memperoleh kue politik. Meskipun TNI merasa punya andil besar namun pada mulanmya timbul pertentangan antara para pendiri RI dengan TNI. Karena para pendiri republic Indonesia merasa kurang yakin bahwa kemerdekaan ini diperoleh dengan mengandalkan tentara.[8]
Militer Indonesia memiliki keunikan dibandingkan dengan militer di negara lain, militer Indonesia membentuk dirinya sendiri melalui perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan Belanda ataupun Jepang. Perjuangan mendapatkan kemerdekaan membuatnya melakukan kegiatan kesemestaan, tidak hanya bertempur secara fisik akan tetapi terlibat dalam penyusunan strategi pendirian bangsa Indonesia. Keunikan inilah menjadikan peranan militer Indonesia menjadi tidak biasa. Penggalan sejarah kemerdekaan menjadi legitimasi menjadikan militer tidak hanya menjadi instrumen pertahanan bangsa dari gangguan kekuatan luar, akan tetapi menjadi bagian penting dalam pengambilan keputusn politik Indonesia. [9]
Badan Kemanan Rakyat dipimpin oleh Kafrawi. Badan ini berfungsi :
a) Sebagai penjaga keamanan di masing-masing daerah.
b) Sebagai badan untuk menolong korban bencana perang.
Pembentukan BKR menimbulkan rasa tidak puas dikalangan pemuda. Para pemuda membentuk badan-badan perjuangan sebagai laskar bersenjata untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. badan-badan perjuangan tersebut diantaranya: Angkatan Pemuda Indonesia(API), Hisbullah, Sabilillah, Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi, Pemuda Indonesia Maluku, Barisan Bateng, dan lain-lain.
Kemudian untuk mempersatukan komando perjuangan, pemerintah mengeluarkan suatu maklumat tertanggal 5 Oktober 1945 tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat(TKR), dan sejak itu BKR berubah menjadi TKR sedangkan markas besarnya berada di Yogyakarta. Pimpinan tertinggi TKR diberikan kepada Soepriyadi (kemudian digantikan kolonel Sudirman). Sedangkan Oeripsoemohardjo terpilih menjadi kepala staf TKR. Pada tanggal 1 Januari 1946 diubah lagi mejadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Perubahan ini bukan hanya dalam Angkatan Darat tetapi juga dalam Angkatan Udara dan Angkatan Laut. Kepala staf TRI-AL dijabat oleh Laksamana Muda Moh. Nazir. Sedangkan Kepolisian Negara sejak awal kemerdekaan berada dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri. Tetapi sejak 1 Juli 1946 ditempatkan langsung dibawah Perdana Menteri sebagai jawatan tersendiri, dan R. Soekanto Tjokroadmodjo sebagai Kepala Kepolisian Negara yang pertama.
Untuk mempersatukan badan-badan perjuangan, maka pemerintah membentuk Biro Perjuangan yang berada dibawah Kementrian Pertahanan. Sejak saat itulah secara struktur Negara, militer dibawah kekuasaan sipil.
Selanjutnya pada 5 Mei 1947 Presiden Soekarno mengeluarkan Penetapan Presiden yang intinya mempersatukan TRI dengan badan-badan perjuangan rakyat (badan-badan perjuangan nantinya disebut menjadi TRI). Kemudian pada tanggal 3 Juni 1946 pemerintah mempersatukan TRI-AD, TRI-AU, TRI-AL dan kepolisian menjadi Tentara Nasional Indonesia.
4.      Pertahanan militer dalam aksi polisinil belanda
Seperti yang telah dijelaskan di atas, militer Indonesia tidak dibentuk dengan instan. Militer di Indonesia dibentuk dari embrio yang telah ada, antara lain Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA), tentara Hindia Belanda (KNIL) serta badan-badan perjuangan (laskar). Pada masa ini terjadi kekacauan dimana-mana. Belanda datang untuk mengambil kemerdekaan Indonesia yang baru saja diproklamasikan. Kedatangan belanda ditandai dengan  mendaratnya Inggris bersama tentara Belanda di Sabang, Aceh pada tanggal 23 agustus 1945. Lalu, Tentara Inggris selaku wakil Sekutu tiba di Jakarta, dengan didampingi Dr. Charles van der Plas, wakil Belanda pada Sekutu. Kehadiran tentara Sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration – pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr. Hubertus J van Mook.
Kedatangan NICA tersebut mengawali perjuangan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya. Selanjutnya, yang paling dekat dengan pembahasan ini adalah keterlibatan Militer dalam mempertahankan kemerdekaan ini. Yang disebut suhartono sebgaai periode Aksi. Sebuah periode yang sangat menonjolkan peran militer sebagai pihak yang berjasa dalam mempertahankan kemerdekaan.
Salah satu dari peran militer ini adalah ketika belanda melancarkan agresi, baik agresi yang pertama maupun yang kedua. Menghadapi agresi ini, militer Indonesia mengembangkan “Sistem Wehrkreise” yang pada intinya membagi daerah pertempuran dalam lingkaran-lingkaran (kreise) yang memungkinkan satuan-satuan militer secara mandiri mempertahankan (wehr) lingkaran pertahanannya.
Kemandirian pertahanan melingkar ini dilakukan dengan melakukan mobilisasi kekuatan rakyat dan sumber daya yang berada di lingkaran pertahanan tertentu. Sistem Wehrkreise ini kemudian dilengkapi dengan dalil-dalil perang gerilya sebagai bentuk operasional taktik militer di medan pertempuran. Sistem ini pertama kali digunakan oleh Divisi I/Siliwangi di Jawa Barat yang dipimpin oleh Kolonel A.H. Nasution dan Divisi II/Sunan Gunung Jati di Jawa Tengah yang dipimpin Kolonel Gatot Subroto. Konsepsi baru ini diadopsi oleh Panglima TNI Jenderal Sudirman melalui Perintah Siasat No.1. Perintah siasat ini menginstruktikan pembentukan kantong-kantong di setiap distrik militer yang diselenggarakan oleh suatu Wehrkrise sehingga seluruh pulau akan menjadi suatu medan perang gerilya yang besar. [10] 



[1] secara psikologis golongan tua lebih bersikap hati-hati dan penuh perhitungan dalam bertindak, sehingga dimata anak muda dianggap kurang cepat bertindak. Sementara itu golongan muda inginya sesuatu yang cepat yang bagi golongan muda itu merupakan tindakan yang ceroboh (Cahyo Budi Utomo: 1995: 212) .
[3] (Habib Mustopo: 2005: 8)
[4] lapangan ikada adalah lapangan umum sehingga dimungkinkan dapat menimbulkan bentrokan antara rakyat dengan pihak militer Jepang.
[5] Habib Mustopo: 2005: 8)I

[6] http://amalnileutuan.wordpress.com/sejarah-indonesia/
[7] Badan-badan perjuangan ini sejak 15 Oktober 1945, bergabung menjadi Pemuda Republik Indonesia Sumatra timur. Setelah terbentuk partai-partai politik, terbentuk juga lascar-laskar perjuangan baru seperti Napindo, Barisan Merah dll. (Habib Mustopo: 2005: 8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar